Jumat, 15 Oktober 2010

MENGHAYATI TUGAS ORANG TUA



Allah berfirman dalam QS. Al-Ahqaf(46) ayat 15:
kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).mengandungnya dan mengapihnya dalam tiga puluh bulan., sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya umurnya empat puluh tahun, ia berdo’a: Ya Tuhanku , tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhoi ; berilah kebaikan kepadaku dengan (member kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Allah juga berfirman dalam QS. Luqman (31) ayat 14:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada kulah kembalimu.”
Penjelasan:
Pernakah anda berfikir tentang fungsi orang tua terhadap diri kita sebagai anak? Dapatkah Anda menjawab tidak, bagaimanakah selama ini Anda memandang fungsi orang tua Anda terhadap diri Anda?
Sungguh sangat besarlah kekeliruan yang kita lakukan apabila terbukti diri kita tidak mampu menghayati fungsi orang tua fungsi orang tua. Karena dengan ketidaktahuan itu, untuk selanjutnya kita tidak akan mampu menghayati dengan baik apa yang menjadi tanggung jawab anak terhadap orang tuanya. Karena itula, merupakan hal yang tidak kecil jika ternyata Al qur’an memaparkan hal ini di dalam banyak ayatnya. Hal ini membuktikan kepada kita bahwa usaha untuk dapat menghayati fungsi orang tua terhadap anaknya serius. Sebagai buktinya ialah turut campurnya Allah dalam menciptakan kesadaran pada hati nurani manusia tentang perlunya setiap orang menghayati fungsi orang tua terhadap dirinya.
Pada kedua ayat diatas, allah memaparkan perjalanan orang tua, khususnya ibu, dalam mengurangi kehidupan anak sejak masih janin sampai dengan anak melangkah dewasa. Pengalaman-pengalaman pahit yang diderita oleh seorang tidak dapat digantikan oleh pihak lain, namun sang ibu tetap dengan penuh kesadaran dan kesungguhan menerimanyasecara ikhlas mengarungi penderitaan demi penderitaan, kesulitan demi kesulitan, kepayahan demi kepayahan, untuk menjadikan anaknya mencapai tingkat pertumbuhan fisik, mental maupun intelektual, menuju pada tingkat kesempurnaan sebagai manusia yang sanggup menempuh dunia ini secara layak.
Cobalah sejenak kita renungkan dengan penuh kesadaran penderitaan seorang ibu selama Sembilan bulan mengandung diri kita. Bahkan tidak hanya sampai disini perjuangan ibu dalam memelihara diri kita, tetapi menyusuisampai berumur dua tahun atau lebih. Selama menyusui yang cukup lama ini, seorang ibu hampir selalu merasa kurang tidur, penuh dengan perasaan khawatir akan keselamatan bayi yang rentan menghadapi gangguan-gangguan penyakit yang kecil sekalipun. Upaya ibu dan ayah dalam memelihara, mengasuh mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih saying dan dengan penuh kesabaran dilakukan sampai anak berumur dewasa yang sanggup memenuhi kebutuhan dirinya dan mempertahankan keberadaannya di tengah pergaulan hidupnya ini.
Agaknya patut diberi contoh sepintas mengenai seorang remaja putrid yang memasuki perawat dan kebidanan. Ketika anak menjalani pendidikan, sampailah pada masa praktek menolong para ibu yang akan melahirkan bayinya. Ia menyaksikan betapa besar penderitaan dan pengorbanan seorang ibu yang sedang berjuang melahirkan bayinya, bahkan ada di antaranya yang meniggal ketika baru saja melahirkan bayinya, sehingga remaja putri tersebut mengirim surat kepada ayah ibunya, mengisahkan pengalaman yang sangat menggugah kesadaran dirinya. Anak tersebut menulis dalam suratnya, betapa besar dosanya terhadap ibunya, terutama jika ia mengingat masa-masa lalu yang sangat sering membantah atau tidak mematuhi perintah-perintah ibunya. Dengan penuh cucuran air mata, ia terus berjuang mencoba untuk tetap dapat menggoreskan pena di suratnya, karena begitu besar haru dan iba kepada ibunya yang dahulu melahirkannya dengan susah payah.
Mungkin sekali remaja putrid akan segera merasakan pahit getirnya pengalaman seorang ibu dalam melahirkannya, karena ia sendiri turut mengalami atau setidak- tidaknya dapat menyaksikan langsung derita para ibu yang tengah melahirkan didepan kedua matanya. Akan tetapi, barangkali sangat sulit bagi anak laki-laki untuk memperoleh kesadaran mendalam tentang hal-hal semacam ini. Lalu bagaimana caranya membina fungsi ortu terhadap anak pada diri mereka?
Jadi, pada prinsipnya, yang harus kita sadari ialah bahwa segala pengorbanan ortu kita sama sekalitidak pernah dapat diganti dan diimbangi dengan berapa pun materi yang kita miliki. Kita tidak dapat membalas pengorbanannya sampai kapanpun. Sebaliknya, ortu kita merasa cukup dirinya terbalas jika anak berbakti kepadanya dan hidup di jalan yang benar.  

By : M.HelmiYadi
Jum’at 08 oct 2010